Fokus Memakmurkan Urang Awak di Bumi Sriwijaya
Palembang, Transparan – Badan Musyawarah Keluarga Minangkabau (BMKM) Provinsi Sumatera Selatan menggelar seminar pada Minggu (5/3/2023) di Sekretariat BMKM, Jalan Soekarno-Hatta Palembang. Seminar dengan tema “Urgensi Pembaruan BMKM Sumsel untuk Kemakmuran Urang Awak di Bumi Sriwijaya” tersebut menghadirkan tiga pembicara dengan moderator, Dr. Syuhendri, dosen Universitas Sriwijaya (Unsri) yang berasal dari Padang Gantiang, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.
Tiga pembicara pada seminar yang dibuka oleh Ketua Umum BMKM Sumsel, Drs. H. Noprizon, Apt tersebut adalah:
1. Prof. Erry Yulian T. Andesta, Ph.D, Ceng, MIMeche, IPM, Wakil Rektor Universitas Indo Global Mandiri (UIGM) Palembang dengan judul “Keluarga dan Negara”.
2. Drs. H. Azra’i Amran Malin Mudo, dengan judul, “Keprihatinan dan Potensi untuk Mensejahterakan Perantau Minangkabau di Kota Palembang.”
3. Afdhal Azmi Jambak, SH: “Urgensi Pemantapan Organisasi BMKM Sumsel”.
Profesor Erry yang berasal dari Tanjung Ampalu Kabupaten Sijunjung Provinsi Sumatera Barat tetapi kelahiran Sungai Gerong, mengungkapkan rasa Keminangan yang melekat di dalam dirinya dan keturunannya. Oleh karena itu, di belakang nama anak-anaknya tetap ditulis Andesta yang merupakan singkatan Anak Desa Tanjung Ampalu.
Sejak dulu, masyarakat asal Minangkabau selalu berusaha memberikan yang terbaik di tempat mereka berada, termasuk di Sumsel. “Di ma bumi dipijak, di sinan langik dijunjuang,” katanya seraya bersyukur diajak bergabung dan menjadi pembicara pada seminar menjelang pelaksanaan Musyawarah Besar (Mubes) BMKM Sumsel VII, Minggu (12/3/2023).
Dia mengungkapkan banyak warga Sumsel yang merupakan “Urang Awak” berperan besar di berbagai bidang. Oleh karena itu, mereka harus dirangkul. Di samping itu, pendidikan dan kesehatan merupakan bidang utama yang harus menjadi perhatian termasuk oleh BMKM Sumsel.
Erry juga mencontohkan, negara tetangga Malaysia menempatkan pendidikan sebagai salah satu bidang yang dikelola dengan baik. “Negeri tetangga kita Malaysia itu memperoleh dana Rp 56 triliyun dari orang-orang luar negeri termasuk dari Indonesia yang menimba ilmu di sana,” katanya seraya menambahkan di Indonesia anggaran Kementerian Pendidikan sekitar 76 trilyun. Jumlah anggaran kementerian tersebut sedikit lebih banyak dari jumlah uang yang diraup Malaysia dari para mahasiswa yang kuliah di sana, termasuk dari Indonesia.
Sementara itu, Azra’i Amran yang merupakan pensiunan YSPP Pusri dan salah satu ustad di Sumsel, mengemukakan keprihatinannya terhadap ada warga Sumsel asal Minang yang kesulitan dalam bidang ekonomi dan seharusnya menjadi perhatian utama dari BMKM Sumsel. Pernah satu ketika dia temukan seorang janda, menjual singkong dengan modal pinjaman dari rentenir. Dan, ibu itu bercerita ketika suaminya meninggal, untung ada tetangga yang orang Komering yang memberikan bantuan kain kafan.
Atas dasar kenyataan tersebut, Azra’i yang Ketua Bidang Agama dan Sosial Kemasyarakatan BMKM Sumsel melaksanakan program kain kafan untuk warga Sumsel asal Minangkabau. Setiap “Urang Awak” yang meninggal dunia, disediakan kain kafan yang dibeli dengan infak dari sejumlah pengusaha asal Minangkabau. Yang bertugas mengantarkan kepada keluarga yang tertimpa musibah selain marbot Masjid Al Ikhlas HM Arma terkadang ustad Rustam yang merupakan anggota Bidang Agama dan Sosial BMKM Sumsel.
Sementara itu, Afdhal Azmi Jambak, SH yang saat ini Ketua Bidang Organisasi BMKM Sumsel mengisahkan tentang mudahnya mengatasi masalah yang ada pada masa lalu. “Mengumpulkan dana untuk kepentingan orang banyak sangat mudah. Kita membeli tanah untuk Sekretariat BMKM Sumsel ini, pada masa pengurus periode 2002-2006 dengan Ketua Umum, H. Syahrudin Ismail, saya Afdhal selaku Sekretaris Umum, dan Bendahara Umum, H Sanin Lenggang Mudo (almarhum). Hanya dalam waktu singkat dana Rp. 114 juta, berhasil dikumpulkan dan dibelikan tanah untuk sekretariat ini,” kata wartawan Koran TRANSPARAN ini.
Pembelian tanah dan pembangunan sekretariat dirasakan penting karena sebelumnya sekretariat BMKM Kota Palembang hampir selalu numpang di rumah ketua umum. Akibatnya, Ketua Umum harus orang kaya. Dengan adanya sekretariat maka siapapun yang punya kemampuan manajerial walau tidak kaya, akan bisa memimpin dan memajukan BMKM Sumsel.
Atas dasar pertimbangan kebutuhan organisasi agar BMKM Sumsel lebih bermanfaat bagi Urang Awak maka sekretariat dibangun dan kemudian Masjid Al Ikhlas HM Arma serta Balairung Cindua Mato dibangun di atas tanah wakaf, keluarga Hj. Elly Chusniati.
Afdhal yang juga Advokat ini menjelaskan sesungguhnya banyak kegiatan bermanfaat bagi Urang Awak yang bisa dilakukan. Di segala aspek. Kegiatan utama adalah melaksanakan kewajiban terhadap Urang Awak yang mengalami kesulitan, yang hidup miskin atau miskin ekstrim. Di samping itu, melaksanakan kewajiban terhadap anak-anak yang terancam putus sekolah atau kuliah dengan memberikan zakat, infak, sedekah atau pinjaman syariah.
Banyak Urang Awak yang kesulitan uang terpaksa makan duit riba, dengan meminjam uang untuk modal dari para rentenir dengan bunga 20 persen selama 40 hari. “Ada yang butuh dana Rp 300 ribu terpaksa minjam dari rentenir, sementara saudara sedaerahnya banyak yang kaya,” katanya mencontohkan.
BMKM Sumsel harus fokus kepada warga Sumsel yang berasal dari Minangkabau. Dengan demikian, organisasi ini menjadi makin bermanfaat dan semua warga Minang makin bangga dengan organisasi yang didirikan pada 10 Agustus 1967 dengan nama BMKM Palembang dan pada 2002 ditingkatkan menjadi BMKM Sumsel.
“Pada Mubes BMKM Sumsel yang akan dilaksanakan Minggu (12/3/2023) diharapkan terpilih Ketua Umum Nan bisa ka ateh, ka bawah, ka suok ka kida (yang bisa ke atas, ke bawah, ke kanan dan ke kiri) seperti yang pernah disampaikan oleh salah satu pengusaha Urang Awak yang sukses, H. Alfiadi yang dulu dikenal dengan panggilan Edi BH,” katanya.
Afdhal menambahkan, Ketua Umum yang kaya dan punya kemampuan ka ateh ka bawah ka suok ka kida sungguh bagus. Namun demikian, jika ada yang tidak kaya tetapi punya hubungan baik ke atas, ke bawah dan ke kiri maupun ke kanan, serta memiliki kemampuan manajerial yang bagus, justru yang demikian yang sangat tepat. “Sebab, dengan ketua umum yang punya komunikasi dan relasi luas itu, maka berbagai kesulitan organisasi, misalnya pembiayaan dan fasilitas akan dengan mudah diatasi melalui lobi dan pendekatan yang baik,” katanya.
Anggota Dewan Kehormatan PWI Sumsel ini mencontohkan, Buya H. Nofrizal Nawawi, LC, Ketua Umum BMKM Sumsel periode 2014-2018 yang mencapai sukses luar biasa. “Di masa Buya Nofrizal Nawawi, utang BMKM Sumsel hampir setengah milyar bisa dilunasi, hanya dengan cara dan komunikasi yang baik. Selain itu berbagai program kegiatan berjalan dengan lancar. Buya yang mantan Ketua PWM Muhammadiyah Sumsel dua periode tersebut, berhasil mengajak Urang Awak yang dianugerahi rezeki lebih (kaya) untuk membiayai kegiatan organisasi BMKM Sumsel,” katanya.
Selain itu, Sekretaris Umum haruslah orang yang komunikatif, punya ide bagus, ba alam laweh ba padang lapang (beralam luas dan berpadang lapang), dikenal luas, tahu tata krama. Selalu menjadi pemersatu dan pendamai, serta santun. Bendahara Umum haruslah pula yang bisa membantu Ketua Umum mencarikan dana yang diperlukan BMKM untuk terlaksananya berbagai program kegiatan dengan baik. Bukan hanya sekadar kasir.
Dan, para ketua bidang juga haruslah yang mau dan sungguh-sungguh melaksanakan tugasnya dengan baik. Jangan sekadar numpang nama, tetapi tidak bekerja. “Kalau sudah mau dan bersedia menjadi pengurus, berarti harus mau dan sungguh-sungguh bekerja melaksanakan kewajiban organisasi,” katanya.
Afdhal mengingatkan, banyak sekali SDM Urang Awak di Sumsel yang hebat-hebat, tetapi belum masuk dan belum diajak di BMKM. Ada juga yang kecewa dengan cara-cara oknum-oknum tertentu sehingga kapok untuk ikut BMKM Sumsel lagi.
“Semua SDM yang bagus, potensial itu harus diajak masuk dan berkumpul di Rumah Gadang BMKM Sumsel untuk kemakmuran Urang Awak di Bumi Sriwijaya ini,” katanya seraya menambahkan, sejak 2002 ada saja yang numpang nama, tidak pernah melaksanakan kegiatan berarti sebagai pengurus.
“Moga pada Pengurus periode 2022-2026 yang akan datang, ada banyak wajah-wajah baru yang punya kesungguhan melaksanakan komitmen. Tidak hanya punya komitmen, tetapi sungguh-sungguh mau bekerja sesuai komitmen,” katanya seraya menambahkan, di dalam organisasi semua potensi bagusnya dihimpun.
Yang punya waktu, tenaga, pikirian dan atau dana diperlukan.
“Kalau yang pintar, mau kerja, tetapi tidak punya dana, bila perlu dibantu keuangannya,” katanya seraya menegaskan BMKM Sumsel harus punya data base yang lengkap dan jelas agar pengelolaan organisasi makin baik. Berbagai permasalahan akan mudah diatasi. Berbagai terobosan dan sukses juga makin mudah digapai.
Kalau pengurus BMKM Sumsel melaksanakan pepatah orang tuo-tuo maka hasil yang akan diraih bakal dahsyat luar biasa. “Duduak Surang Basampik-sampik duduak basamo balapang-lapang, ka bukik samo mandaki ka lurah samo manurun, barek samo dipikua ringan samo dijinjiang dengan filosofi Adaik Basandi Syarak Syarak Basandi Kitabullah, (Duduk seorang bersempit-sempit duduk bersama berlapang-lapang, ke bukit sama mendaki ke lurah sama menurun, berat sama dipikul ringan sama dijinjing dengan filosifi Adat Basandi Syarak Syarak Basandi Kitabullajh) maka BMKM Sumsel akan menjadi organisasi yang lebih hebat, dahsyat dan sangat bermanfaat bagi Urang Awak di Bumi Sriwijaya ini,” katanya.
Buya Nofrizal Nawawi pada seminar tersebut mengingatkan BMKM Sumsel butuh pemimpin yang punya kredibilitas dan kemampuan manajerial yang bagus. Walaupun dinilai sukses dan diminta oleh banyak anggota BMKM Sumsel untuk menjadi Ketua Umum BMKM Sumsel pada periode kedua, Buya Nofrizal Nawawi yang alumni PGAN Koto Baru Padang Panjang tersebut, tidak mau. “Cukup satu periode saja. Berikan kepada orang lain lagi,” katanya empat tahun lalu.
Pada pembukaan seminar, Ketua Dewan Penasehat BMKM Sumsel, Prof. Eddy Mart Salim menyampaikan selamat atas pelaksanaan Seminar yang penuh tantangan tersebut. Dia menyebut, seminar itu penting untuk masukan bagi BMKM Sumsel agar lebih baik ke depan.
Sementara itu, Noprizon, Ketua Umum BMKM Sumsel periode 2018-2022 mempersilakan calon-calon Ketua Umum BMKM Sumsel maju dan semoga terpilih yang terbaik pada Mubes, Ahad (12/3/2023). Hal senada sudah disampaikannya dalam rapat gabungan panitia pelaksana dan panitia pengarah bulan Februari lalu. (***)